BPJS Kesehatan Diperkirakan Defisit 10T, Ini Kabar Baik dan Buruknya
Sebenarnya berita tentang BPJS Kesehatan defisit sudah cukup populer. Pada tahun lalu BPJS Kesehatan defisit 5T, dan tahun ini sudah muncul berita lagi bahwa BPJS Kesehatan diperkirakan defisit 10T sepanjang tahun 2016.
Dikutip dari Okezone.com
Seperti diketahui, sebelumnya Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Hidayat mengatakan, sepanjang tahun 2016 diperkirakan BPJS Kesehatan akan mengalami defisit senilai Rp10 triliun.
Jumlah ini lebih besar dua kali lipat dibanding tahun lalu yang mencapai Rp5 triliun. Hal ini disebabkan besarnya klaim kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat pada berbagai kelas.
Dikutip dari Okezone.com
Seperti diketahui, sebelumnya Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Hidayat mengatakan, sepanjang tahun 2016 diperkirakan BPJS Kesehatan akan mengalami defisit senilai Rp10 triliun.
Jumlah ini lebih besar dua kali lipat dibanding tahun lalu yang mencapai Rp5 triliun. Hal ini disebabkan besarnya klaim kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat pada berbagai kelas.
Untuk itu, salah satu upaya yang harus segera dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mempersempit gap antara kelas-kelas rumah sakit, termasuk gap antara rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah.
Sebab, tingginya gap inilah yang menyebabkan masyarakat lebih memilih memanfaatkan fasilitas di rumah sakit pemerintah dibandingkan dengan rumah sakit swasta.
Kabar baiknya, BPJS sebagai badan nirlaba memang tidak cari untung. Masyarakat yang memiliki "moral hazard" pasti ada, tapi apa salah masyarakat yang butuh biaya tinggi mendaftar BPJS, sementara sistem membolehkan? Yang salah itu mereka yang tidak mau bayar iuran setelah pakai kartunya. Kalau sudah terasa sakit mau pakai BPJS lagi ditolak karena harus bayar tunggakan+denda, akhirnya emosi mencharge BPJS buruk.
Kabar buruknya, kalau beritanya benar, semoga tidak ada kenaikan iuran progresif seperti tarif dasar listrik. Ketika yang sehat tidak mau menjadi peserta JKN, ketika si kaya tidak mau menjadi peserta JKN, ketika ada anggota keluarga yang tidak sakit tidak mau menjadi peserta JKN, maka yang sakit, yang lemah, yang kurang mampu ketika sakit tidak akan cukup membayar premi 25.500. Tapi bisa jadi preminya menjadi 10 juta, 15 juta atau bahkan 20 juta. Kemana perginya nilai-nilai luhur gotong royong negeri ini? Prinsip gotong royong adalah yang sehat membantu yang sakit, yang kaya menolong yang kurang mampu, kakak yang sehat menggendong adiknya yang lemah dan sakit-sakitan. Kesesatan berfikir telah mematikan logika dan akal sehat juga memusnahkan nurani.
Kabar baiknya, BPJS sebagai badan nirlaba memang tidak cari untung. Masyarakat yang memiliki "moral hazard" pasti ada, tapi apa salah masyarakat yang butuh biaya tinggi mendaftar BPJS, sementara sistem membolehkan? Yang salah itu mereka yang tidak mau bayar iuran setelah pakai kartunya. Kalau sudah terasa sakit mau pakai BPJS lagi ditolak karena harus bayar tunggakan+denda, akhirnya emosi mencharge BPJS buruk.
Kabar buruknya, kalau beritanya benar, semoga tidak ada kenaikan iuran progresif seperti tarif dasar listrik. Ketika yang sehat tidak mau menjadi peserta JKN, ketika si kaya tidak mau menjadi peserta JKN, ketika ada anggota keluarga yang tidak sakit tidak mau menjadi peserta JKN, maka yang sakit, yang lemah, yang kurang mampu ketika sakit tidak akan cukup membayar premi 25.500. Tapi bisa jadi preminya menjadi 10 juta, 15 juta atau bahkan 20 juta. Kemana perginya nilai-nilai luhur gotong royong negeri ini? Prinsip gotong royong adalah yang sehat membantu yang sakit, yang kaya menolong yang kurang mampu, kakak yang sehat menggendong adiknya yang lemah dan sakit-sakitan. Kesesatan berfikir telah mematikan logika dan akal sehat juga memusnahkan nurani.