Atasi Defisit, BPJS Screening Calon Peserta
Pejabat atau Humas BPJS Kesehatan harus mengkomunikasikan secara hati-hati, agar tidak terjadi salah paham atas berita ini. Poin pentingnya pada Adverse Selection dan Creamy Scheming.
Meski jamak bagi layanan asuransi komersial, tetapi bagi JKN, data awal hasil screening ini lebih sebagai upaya deteksi dini dan terapi segera. Harapannya, tidak terlanjur menjadi sakit berat atau parah.
Seleksi dalam hal ini sama sekali TIDAK untuk menentukan besaran iuran maupun pemilihan kelas perawatan, karena untuk hal tersebut, sudah ada aturan dan bukan ranah BPJS Kesehatan.
Jadi, perlu ditekankan benar bahwa tujuan screening ini sama sekali tidak mempengaruhi hak warga negara untuk menjadi peserta JKN selama tidak ada masalah secara regulasi.
Bila tidak ditegaskan dan dijelaskan demikian, maka berita ini berpotensi memicu masalah.
Jadi maksud dari berita ini : bukan berarti kalau sakit berat kemudian tidak bisa daftar BPJS. Tetapi kalau sudah ketahuan sejak pendaftaran ada risiko, segera ditangani agar lebih dini.
Fasilitas kesehatan diminta screening dan yang berpotensi maupun sudah mengidap penyakit maka disarankan ikut prolanis maupun kegiatan kelompok non prolanis.
Meski jamak bagi layanan asuransi komersial, tetapi bagi JKN, data awal hasil screening ini lebih sebagai upaya deteksi dini dan terapi segera. Harapannya, tidak terlanjur menjadi sakit berat atau parah.
Seleksi dalam hal ini sama sekali TIDAK untuk menentukan besaran iuran maupun pemilihan kelas perawatan, karena untuk hal tersebut, sudah ada aturan dan bukan ranah BPJS Kesehatan.
Jadi, perlu ditekankan benar bahwa tujuan screening ini sama sekali tidak mempengaruhi hak warga negara untuk menjadi peserta JKN selama tidak ada masalah secara regulasi.
Bila tidak ditegaskan dan dijelaskan demikian, maka berita ini berpotensi memicu masalah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berencana menyertakan formulir keluhan kesehatan bagi calon peserta asuransi kesehatan itu. Hal tersebut merupakan upaya mencegah BPJS mengalami defisit anggaran.
"Peserta akan dilakukan screening, punya risiko penyakit apa. Akan tertangkap dari status kesehatan yang diisi," kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Maya Amiarny Rusady di kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (25/10) lalu.
Ia mengatakan, calon peserta yang diduga mengidap penyakit tertentu, akan segera ditindak lanjuti. Sebab, ia mengatakan, apabila calon peserta tersebut langsung menjalani pengobatan saat penyakit parah, tentu akan menelan biaya besar. Namun, apabila sudah ada deteksi dini, dapat mengurangi risiko mendapat perawatan lebih intensif.
"Kita akan lakukan konsultasi dan pengobatan bertahap bisa dilakukan, sebab kalau general cukup mahal," ujarnya.
Maya menyebut, defisit yang dialami BPJS disebabkan banyaknya masyarakat yang berama-ramai berobat. Berdasarkan data BPJS, ia melanjutkan, banyak peserta BPJS pada dua tahun pertama, merupakan mereka yang mengalami sakit parah. Sementara yang sehat, tidak banyak yang mendaftar.
Kemudian, biaya yang terkumpul digunakan untuk membiayai peserta yang sakit. Sehingga, BPJS mengalami defisit. Ia merinci, banyak peserta yang menjalani operasi berat dan menelan biaya ratusan juta, namun tidak membayar premi.
"Kalau yang sakit membiayai dirinya sendiri, tidak cukup," jelasnya.
Saat ini, Maya mengatakan, BPJS tengah fokus mencari orang-orang sehat sebagai pesertanya. Tujuannya, agar pembayaran premi dapat membantu peserta-peserta yang sengaja mendaftar karena sakit parah.
"(Setelah operasi) tapi tak membayar kesehatan premi. Dia tak sadar, operasinya itu dibantu peserta BPJS lainnya," tutur Maya.
Ilustrasi petugas BPJS |
Jadi maksud dari berita ini : bukan berarti kalau sakit berat kemudian tidak bisa daftar BPJS. Tetapi kalau sudah ketahuan sejak pendaftaran ada risiko, segera ditangani agar lebih dini.
Fasilitas kesehatan diminta screening dan yang berpotensi maupun sudah mengidap penyakit maka disarankan ikut prolanis maupun kegiatan kelompok non prolanis.